Posted by : 51617
Minggu, 31 Mei 2015
Benarkah Islam Merendahkan Wanita? (Bagian 1 )
Kaum
feminis terus mengkampanyekan bahwa Islam adalah agama yang merendahkan
perempuan. Menurut mereka, Islam tak ubahnya sebuah ajaran yang mengusung
budaya patriarki yang terlalu mengunggulkan lelaki dan memandang rendah
perempuan.
Pendapat
ini mereka sandarkan pada beberapa Hadits Nabi yang menurut mereka bertentangan
dengan nilai-nilai kesetaraan jender. Salah satu Hadits yang menjadi sorotan
mereka adalah tentang mayoritas penghuni neraka adalah perempuan.
Menurut
mereka, Hadits ini jelas mendiskreditkan dan melecehkan kaum perempuan. Tentu
saja pandangan seperti ini perlu diluruskan. Sebab faktanya, al-Qur`an tidak
memiliki pandangan yang negatif seperti itu. Karena itu sangat mustahil jika
Nabi menentang prinsip ajaran al-Qur`an tersebut.
Dalam
hal ini, kesalahan terbesar kaum feminis adalah tidak memahami Hadits dalam
bingkai pemahaman al-Qur`an. Mereka juga tidak memahami Hadits secara utuh.
Dalam pengertian, pemahamannya tidak mencakup latar belakang, kronologis,
persinggungan, dan tujuan utamanya.
Berkaitan
dengan Hadits tersebut, para ulama telah menjelaskan bahwa sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam itu mengisyaratkan adanya jenis kekufuran lain
yang berbeda dari kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu kekufuran yang
dilakukan oleh seorang istri kepada suami. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah
bahwa seandainya manusia boleh sujud kepada manusia lain, maka beliau akan
memerintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.
Islam
memerintahkan seorang istri untuk memenuhi hak suaminya setelah hak Allah.
Kalau seorang istri mengabaikan hak seorang suami, padahal suaminya sudah
memenuhi haknya, berarti ini merupakan pertanda bahwa istri mengabaikan hak
Allah. Istri seperti ini oleh Rasulullah dinilai “kufur”, meskipun kufurnya
tidak sampai keluar dari Islam.
Dalam
konteks rumah tangga, Islam telah mengatur bahwa suami harus menjadi pemimpin
bagi istrinya. Kepemimpinan dalam Islam tidak berarti subordinasi dan dominasi
seperti sering dipahami kaum feminis. Kepemimpinan dalam Islam identik dengan
keadilan. Tanpa keadilan, kepatuhan kepada pemimpin tidak berlaku. Tetapi jika
pemimpin memang adil adanya, siapapun wajib untuk mematuhinya.
Hadits
yang menjelaskan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita merupakan
peringatan dini bagi kaum Hawa yang secara umum mudah terlena dengan dunia dan
sangat emosional. Namun demikian bukan berarti wanita direndahkan oleh Islam.
Hadits
di atas juga menekankan pada sifat yang menjadi penyebab masuk neraka. Karena
itu yang harus diperhatikan adalah sifatnya itu sendiri, bukan jendernya (jenis
kelamin). Ini diperkuat oleh riwayat lain yang menitikberatkan pada sifat
wanita yang menjadi penyebab masuk nerakanya, bukan jendernya.
Berkaitan
dengan Hadits tersebut, Ibn Hajar menyatakan, tidak mesti ketika disebutkan
bahwa wanita penghuni neraka paling banyak, itu berarti wanita menjadi paling
sedikit di surga. Sebab mungkin kedua-duanya: wanita paling banyak di neraka,
juga paling banyak di surga. Atau mungkin yang dimaksud Hadits bahwa wanita
menjadi penghuni neraka paling banyak, itu terjadi sebelum syafa’at. Sesudah
syafa’at, dan mereka yang sebatas kufur kepada suami, dipindahkan ke dalam
surga, maka jadilah penghuni surga pun kebanyakannya adalah wanita.